Senin, 02 April 2012

GURU HARUS KOMPAK DISEKOLAH


MEDAN, DITPAIS - Pendidikan Islam jangan hanya berkutat pada masalah ketuhanan saja. Islam bukan hanya berada pada garis vertical tapi juga harus berada dan hidup pada masalah-masalah sosioal yang ada di bumi ini. Jelas Prof. Jafar Siddik, MA, selaku guru besar IAIN Sumut di Medan.
Keyakinan kepada Allah atau yang kemudian di sebut dengan Iman harus melahirkan semangat kebersamaan hidup dimasayarakat. "Iman bukan hanya melahirkan keshalehan personal tapi sesungguhnya yang lebih utama adalah kesalehan social". Paparmya
Disaat masih banyak persoalan-persoalan yang melibatkan para pelajara di negeri ini, seperi tindak kekerasan, tawuran, narkoba maka Pendidikan Agama Islam harus menjadi garda terdepan dalam upaya menyelesaikan persoalan terebut. "Para guru agama Islam di sekolah harus mampu memberikan pemahan yang konfrehensif dan holistic tentang Islam".
Maka, kemmapuan seorang guru agama harus diperdalam terhadap pemahan dan metodelogi dalam mengajarkan Islam kepada anak. Tukasnya
Sementara itu, sejalan dengan Jafar Siddik, Dr. Nurlena mengatakan bahwa "kelemahan guru Agama Islam di sekolah adalah kelemahanya dalam memahami Standar Isi dan tidak mampu merealisasikannya dalam Standar Proses". Terang Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Namun persoalan kenakalan pelajar bukan hanya menjadi tanggungjawab Pendidikan Agama Islam disekolah. Karena dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka berangkat daru Undang-undang ini jelas bahwa persoalan diatas menjadi tanggungjawab semua pihak, bukan hanya guru Agama Islam tapi juga mereka yang mengajar pada mata pelajaran selain agama di sekolah.
Oleh karena itu, agar apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai harus ada kerjasama antara guru agama dengan guru bukan agama dan juga termasuk kepala sekolah. Dengan kerjasama tersebut diharapkan akan tercipta budaya sekolah yang relegius, budaya yang menjadikan para siswa anti terhadap kekerasan, narkoba dan seks bebas. Imbuhnya
Selain itu, lanjut Nurlena, kerjasama juga harus dilakukan pihak sekolah kepada wali murid. Hal ini penting karena anak-anak lebih banyak berkumpul diluar sekolah. "Disekolah hanya sekitar 7 jam perhari atau kurang dari 30% sedangkan dilingkungan keluarga dan sekitarnya sampai 70%".
Maka dengan begitu, pendidikan informal sesungguhnya memiliki peram dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan anak. Imbuh Nurlena
Source: kemenag.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar